SURABAYA – Meskipun masih dibayangi pandemi namun pasar properti tahun ini diperkirakan tetap akan tumbuh. Hal ini membuat agen properti semakin optimis untuk meningkatkan kinerjanya. Bahkan tahun ini penjualan ditargetkan minimal naik 50 persen.
Menurut Luckyanto, CEO Propnex Indonesia, tahun 2021 kondisi market properti diperkirakan akan semakin tumbuh signifikan dari tahun lalu. Hal ini karena semua lapisan masyarakat sudah mulai kembali mencari properti.
Selain itu, banyak developer yang mulai kembali meluncurkan produknya yang terbaru. Sehingga hal ini akan membuat primary market juga akan meningkat. Sementara secondary market diperkirakan tetap akan stabil karena masih banyak investor yang akan berburu properti dengan harga murah.
Baca juga: Dianiaya Saat Liput Kasus Suap, Jurnalis Tempo Lapor ke Polda
“Tahun lalu, dalam kondisi sangat sulit kami masih tumbuh 10-20 persen dengan nilai Rp 1,4 triliun. Kami optimis tahun ini transaksi akan naik minimal 50 persen dengan nilai Rp 1,9 triliun,” kata Luckyanto, Sabtu (27/3) di kantornya.
Sebab itu, pihaknya akan terus memaksimalkan kondisi ini dengan berbagai langkah strategis. Salah satunya adalah mengoptimalkan aplikasi digital Propnex Plus. Aplikasi ini sebenarnya penyempurnaan aplikasi sebelumnya. Pihaknya menggabungkan peran medsos, portal web dan internal.
Aplikasi Propnex Plus juga diklaim sebagai aplikasi yang pertama di Indonesia yang digunakan agen property. Sebab aplikasi menyediakan banyak fitur yang proper dan lengkap sehingga baik agen maupun customer bisa sama-sama memanfaatkan aplikasi ini lebih baik.
“Agen bisa memasarkan dan membranding produknya. Sementara customer bisa mencari property apa saja yang dibutuhkan. Bahkan customer juga bisa memilih agen mana yang diinginkan,” katanya.
Bukan hanya itu, aplikasi yang terbaru ini juga sudah langsung terkoneksi dengan Propnex internasional. Sehingga kalau ada customer yang membutuhkan property di luar negeri seperti di Singapura, Jepang, Australia, cukup membuka aplikasi ini, semua yang dicari akan terinfo dengan baik.
Selain itu, tahun 2021 pihaknya juga melakukan penyederhanan kantor operasional. Selain untuk efisiensi biaya, juga eranya sudah berubah. Era digital telah mengubah segalanya. Kantor tidak harus banyak, namun yang perlu diperkuat adalah networking-nya.
“Pandemi banyak mengubah segalanya. Sekarang tidak bisa main konvensional kayak dulu. Sekarang semua ada dalam aplikasi. Kantor juga bisa dibikin dengan konsep co working. Beberapa kantor agen bisa dijadikan satu. Itu lebih efisien dan efektif,” tandas Lucky.
Dengan Langkah strategis tersebut pihaknya yakin tahun 2021 akan menuai hasil lebih maksimal. Saat ini pihaknya telah dipercaya sekitar 50 developer dan 15 bank besar yang menjadi mitra bisnisnya. Namun, pihaknya melakukan seleksi ketat. Sebab akibat pandemic banyak developer dan bank yang terdampak.
Selain itu, pihaknya juga dipercaya beberapa bank untuk memasarkan properti sitaan akibat kredit macet. Potensinya cukup besar. Pemilik modal juga banyak yang mencari. Karena harganya bisa 30 persen di bawah harga pasar. “Tahun lalu, dari salah satu bank, kami menjual lebih dari 20 properti sitaan dengan nilai Rp 100-150 miliar,” tandas Lucky.
Dia mengakui, kondisi pasar property tahun 2020 mengalami masa sulit akibat pandemic Covid 19. Bahkan pada bulan April dan Mei, pasar properti mengalami stag. Namun kondisi mulai membaik saat memasuki kuartal ketiga hingga kuartal keempat.
Harga property tahun lalu juga mengalami koreksi sangat tajam. Banyak orang dan pengusaha yang terpaksa menjual propertinya terutama residensial dan komersial untuk mempertahankan cashflow. Akibatnya, harga properti di pasar sekunder dan primer mengalami penurunan 40-50 persen.
“Tahun lalu, banyak marketing kami yang bisa jual 2-3 unit properti dalam waktu bersamaan. Karena harga benar-benar mencapai bottom. Banyak orang kaya yang membeli properti. Yang paling banyak dicari residensial atau ruko dengan harga Rp 1-1,5 miliar,” tandas Luckyanto. (fix/jay)