Bidik pertumbuhan kinerja hingga 50 persen di 2021, ini strategi Propnex

Editor : team redaksi
Terbit : 28/03/2021

SURABAYA, kabarbisnis.com: Perusahaan broker properti Propnex melihat prospek pasar tahun 2021, seiring dengan adanya stimulus pajak yang diberikan pemerintah, selain juga mulai banyaknya proyek baru yang ditawarkan pengembang properti.

CEO Propnex Indonesia, Luckyanto mengatakan, meski secara umum pasar properti di tahun 2020 berat akibat pandemi Covid-19, namun dia bersyukur mampu membukukan kinerja positif. "Pada tahun 2020 lalu kami bisa membukukan omzet Rp 1,4 triliun atau tumbuh 10-20 persen dibanding tahun sebelumnya," katanya di kantor Propnex Indonesia di Surabaya, Sabtu (27/3/2021).

Dikatakannya, positifnya kinerja perusahaan di tengah pandemi dikontribusi dari penjualan properti secondary market alias pasar rumah seken (bekas). Segmen ini meningkat hingga 3 kali lipat, sementara pasar properti baru alias primary market anjlok 90 persen.

Dipaparkannya, di tahun 2020 di awal-awal pandemi atau Maret hingga Mei pasar terkontraksi. Namun pada Juni 2020 pasar mulai membaik.

"Ini karena banyak orang butuh uang, dan melepas asetnya. Banyak properti dijual murah. Produk secondary bisa turun hingga 50 persen, sementara primary rata-rata turun 40 persen. Nah, bagi orang berduit, ini kesempatan untuk belanja properti, makanya mulai Juni 2020 permintaan meningkat," ungkap Lucky.

Menurutnya, produk properti seken tahun lalu sebagian besar adalah rumah dengan harga di bawah Rp 2 miliar, atau paling banyak di kisaran Rp 1 miliar hingga Rp 1,5 miliar. Meski banyak juga apartemen dan properti komersial dan kavling.

Di tahun 2021, Lucky optimistis kinerjanya kian membaik. Bahkan dia berani menargetkan omzetnya naik 50 persen dibanding pencapaian 2020. Pada Februari-Maret 2021 ini saja, dia melihat sudah banyak proyek baru yang dikembangkan developer, plus adanya stimulus pajak pertambahan nilai (PPN) yang diberikan pemerintah terhadap pembelian rumah atau apartemen baru mulai Maret 2021 ini.

Selain itu, lanjut dia, konsumen segmen menengah dan bawah juga menggeliat karena mereka memang butuh rumah dan sebagian pelaku UMKM yang mampu eksis saat pandemi, sehingga memiliki dana cukup untuk membeli rumah.

"Dengan potensi ini, kami memproyeksikan primary market akan tumbuh di tahun ini. Bahkan mungkin komposisinya akan 50 persen dan secondary market juga 50 persen," ujar Lucky.

Diakuinya, pandemi memang membuat banyak hal yang berubah, diantaranya terkait konsep pemasaran dan cara kerja. Propnex, lanjut dia, telah melakukan sentralisasi kantor cabang. Hal ini bertujuan untuk efisiensi biaya operasional.

Langkah tersebut sejatinya sudah dilakukan sejak tahun 2019, dimana dari jumlah kantor yang saat itu mencapai 19 kantor kini tinggal 12 kantor. Ini tersebar di Surabaya, Jakarta, Malang, dan Batam.

"Konsepnya merger atau sharing cost. Mungkin dari sebelumnya 4 kantor yang berdiri sendiri-sendiri merger jadi satu kantor, sehingga bisa sharing cost dan fasilitas bersama. Ini murni merger ya bukan tutup," ungkap Lucky.

Pihaknya pun terus meng-upgrade teknologi pemasaran dengan merilis aplikasi terbaru dengan nama 'Pronex Plus' yang lebih lengkap karena menggabungkan portal web, media sosial, serta kebutuhan internal perusahaan.

"Dengan aplikasi ini baik customer maupun agent kian termudahkan akan kebutuhannya sesuai dengan yang diinginkan, baik untuk pencarian properti maupun penjualan properti. Di aplikasi ini juga terhubung dengan Propnex internasional, sehingga customer yang cari properti di negara lain atau sebaliknya orang dari negara lain yang mencari properti di Indonesia bisa dari aplikasi ini," paparnya.

Propnex Indonesia sendiri saat ini memiliki 1.400 agen di seluruh Indonesia. Dengan menggandeng lebih dari 50 developer yang memiliki proyek properti di banyak kota di Indonesia dan dukungan dari 15 bank untuk kebutuhan kredit pemilikan rumah maupun penjualan aset-aset dari debitur bermasalah. kbc7